Pamerantunggal lukisan agus djaya di tim, setelah 40 tahun tak menyelenggarakannya. pengantar ajip rosi di mengingatkan peranan persagi, mencoba menelorkan karya bermutu dengan karya seni lukis abstrak. (sn) maaf email atau password anda salah. Satu Akun, Untuk Semua Akses. Email. Kata Sandi. Lupa Kata Sandi?
Andoni Andoni (2021) LUKISAN DINDING GUA PRASEJARAH KAWASAN KARST MATARAPE KABUPATEN MOROWALI SULAWESI TENGAH: DATA BARU SEBARAN LUKISAN DINDING GUA PRASEJARAH DI PULAU SULAWESIUL. Skripsi thesis, Universitas Hasanuddin. Andriani, Andriani (2021) PENGARUH HARGA DAN KUALITAS AYAM BROILER TERHADAP
ZNEWSID JAKARTA – Pameran Lukisan Koleksi Galeri Nasional Indonesia dan Museum Seni Ketimuran, Moskow bertajuk “Zaman Peralihan” menjadi tempat menemukan lagi karya anak bangsa yang tersimpan di luar Indonesia. Berawal dari sebuah pameran di Rusia yang menampilkan sejumlah lukisan yang dibuat pada era 1950-an hingga 1960-an oleh para
KaryaSrihadi Soedarsono memiliki proses yang panjang dan berkelanjutan. Karya awal sangat dipengaruhi hasil pendidikan, yaitu geometris sintetik. CONTOH LUKISAN AGUS DJAYA (1913-1994) BIOGRAFI PELUKIS : Pelukis terkenal Indonesia ini lahir dari keluarga Bangsawan Banten pada tanggal 1 April 1913 dengan nama asli Raden Agus Djaja Suminta
Ayam Tarung” Melalui Kacamata Seni, Buah dari Ekspresionisme Tangan dingin Affandi agaknya selalu menghasilkan karya-karya yang luar biasa. Siapa yang menyangka oretan-oretan yang terlihat asal-asalan dari lukisan “Ayam Tarung” ini dihargai Rp. 350.000.000 (tiga ratus lima puluh juta rupiah).
Selainitu, alat lukis seperti cat dan kanvas yang semakin sulit didapat membuat lukisan Indonesia cenderung ke bentuk-bentuk yang lebih sederhana, sehingga melahirkan abstraksi.Gerakan Manifesto Kebudayaan yang bertujuan untuk melawan pemaksaan ideologi komunisme membuat pelukis pada masa 1950an lebih memilih membebaskan karya seni
Berikutini adalah karya-karya lukisan Agus Djaya Suminta yang lebih banyak bertema seorang gadis yang bisa anda apresiasi. klik gambar untuk melihat lebih besar Figur Wanita Ibu dan Anak Jatilan dan Master Minum Tuak Nude In River Pertunjukan Silat Srilanka Lady Standing Woman with teh Jug Women with Offerings Dancer Gadis Bali Gadis Pembawa Bakul
Karyakarya JP Laa Manroe banyak di koleksi oleh berbagai kalangan dalam dan luar negeri seperti Pejabat/ Tokoh2, kolektor Lukisan, Mahasiswa, pengamat seni, akademisi dll. JP Laa Manroe dapat melukis melukis dengan berbagai teknik spt Kubisme, realisme/naturalisme, impresionistme, surealisme dll, namun dia lebih fokus ke arah Kontemporer
Lukisan– lukisan tersebut tidak dijual karena itu adlah karya restropektif yang punya nilai kesejarahan mulai dari awal kariernya hingga selesai . Contoh hasil karya-karya afandi 1.Ayam tarung 2.WAKIDIPelukis lokal generasi Indie Mooi, lahir di Semarang (Jawa Tengah) 1887 dan meninggal di Padang (Sumatera Barat) 1983. Meski
Byphoto congress lukisan sabung ayam. Berikut beberapa karya lukisan affandi yang kami sempat kumpulkan untuk anda sebagai bahan pembelajaran dan referensi sekaligus ikut melestarikan sebuah karya seni tinggi dari sang maestro lukisan asli karya affandi bertema ayam tarung ukuran 135cm x 90cm tahun karya 1979 harga.
Bp1V. April 16, 2013 By toinkart Lukisan di bawah ini saya ambil tema Sabung Ayam yang dalam bahasa jawa berarti Adu Jago. Sabung ayam merupakan kebudayaan turun temurun yang merupakan tradisi nenek moyang. pilih tanding 60X80 oil on canvas 1998 Lukisan ekspresionis – PEJANTAN TANGGUH 65×65 acrillic on canvas 2012 Iklan About toinkart artist from indonesia Lihat semua pos milik toinkart This entry was posted on Selasa, April 16th, 2013 at 1226 pm and tagged with adu jago, bahasa jawa, lukisan, lukisan sabung ayam, nenek moyang, oil on canvas, pejantan tangguh, sabung ayam and posted in ekspresionisme. You can follow any responses to this entry through the RSS feed. Koleksi Lukisan Toink Terjual Lukisan adalah Bahasa Ungkap Saya » Tinggalkan Balasan Ketikkan komentar di sini... Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in Email wajib Alamat takkan pernah dipublikasikan Nama wajib Situs web You are commenting using your account. Logout / Ubah You are commenting using your Facebook account. Logout / Ubah Batal Connecting to %s Beri tahu saya komentar baru melalui email. Beritahu saya pos-pos baru lewat surat elektronik.
Aliran lukisan Agus Djaya. Merupakan tokoh besar dalam dunia seni lukis, yang mana karyanya sudah banyak dikenal oleh orang. Hingga membuat Presiden pertama Indonesia, jatuh cinta pada lukisannya. Berikut beberapa pembahasan selengkapnya. Ayu Maesaroh, Konsep Organisasi – Hai para organisator, bagaimana kabar hari ini? Masih berkutat dengan hobi sendiri, atau mencari hal baru lainnya? Atau mendapatkan inspirasi mengenai apa yang harus dilakukan dengan hobi yang sedang kamu geluti? Melakukan hobi, kerap kali membuat diri sendiri, merasakan seperti mempunyai nyawa sendiri. Hal itu dapat terlihat ketika kita sendiri melaksanakan berbagai aktivitas terkait dengan hobi. Kemudian lupa dengan beberapa hal lain yang sebenarnya menjadi tanggungjawab. Tidak dipungkiri memang. Tapi bagaimana lagi, sudah dunianya. Kesadaran tersebut, tidak sedikit dari beberapa orang kemudian mencari pekerjaan sesuai dengan dunia mereka. Contoh konkretnya, menjadi seorang pelukis. Seperti satu tokoh yang akan terbahas dalam artikel kali ini. Mengenai bagaimana sepak terjang dari tokoh tersebut, lalu profil, hingga kepada aliran lukisan yang terpakai oleh sang tokoh, yakni Agus Djaya. Berikut ulasan selengkapnya Daftar Isi Profil Agus DjayaSepak Terjang Karir Agus DjayaLukisan Pertama Agus DjayaGaya Lukisan Agus DjayaAliran Lukisan Agus DjayaKaitannya dengan PERSAGIPenutupProfil Agus Djaya Profil Agus Djaya Foto Agus Djaya, atau nama lengkap dari beliau adalah Raden Agoes Djajasoeminta. Merupakan seorang pelukis sekaligus salah satu orang terpenting dalam pendirian organisasi seni lukis resmi di Indonesia. Beliau lahir pada tahun 1913, tepatnya tanggal 1 April, dan wafat pada tahun 1994, di 24 April. Beliau tutup usia pada genap 81 tahun. Seorang Agus Djaya dalam karir sebagia seorang pelukis, pernah menjabat sebagai seseorang yang penting dalam Kolonel Intel, serta bagian atau Persiapan Lapangan, untuk bagian , kemiliteran Indonesia. Tetapi setelah lepas dari hal tersebut, beliau pun kembali lagi ke dunia yang lama, yang merupakan “dunianya”, yakni sebagai seorang pelukis. Agus Djaya juga terkenal dengan seni visual yang sangat briliant. Tidak sedikit dari beberapa karyanya yang kemudian membuat para pejabat negara di zaman tersebut, tertarik dengan hasil lukisan dari beliau. Sebut saja Presiden pertama Indonesia, yakni Soekarno. Beliau sampai merekomendasikan Agus Djaya sebagai ketua daripada bagia Ketua, di Pusat Kebudayaan untuk Seni Rupa, pada zaman Jepang menjajah Indonesia. Yang mana beliau menjabat selama 5 tahun lamanya, yakni sejak tahun 1937 sampai dengan 1942. Beliau sendiri mempunyai kerabat bernama Otto Jaya, yang juga menjadi salah satu pewaris daripada bakat seni lukis beliau. Sepak Terjang Karir Agus Djaya Seperti yang sudah terbahas sebelumnya, bahwa Agus Djaya merupakan pelukis seni yang mempunyai aliran lukisan unik. Hal tersebut yang pada akhirnya membuat para pejabat penting Negara, tertarik dengan karya beliau. Beliau juga pernah aktif di bidang kemiliteran, yang mana kala itu beliau bergabung di organisasi Putera, dengan tugas untuk bisa mendapatkan pengakuan kedaulatan dari Kerajaan Belanda atas kemerdekaan Indonesia. Hal tersebut beliau lakukan selama kurang lebih 4 tahun, di masa Revolusi tersebut. Kesempatan itu lantas tidak beliau manfaatkan untuk menimba Ilmu. Sembari mendapatkan mandat demikian dari Presiden, Agus Djaya meneruskan studinya ke Rijk Academie Beeldende Kusten Amsterdam, mengambil jurusan Jurnalistik, dengan Fakultas yang sama, selama kurang lebih 2 tahun. Setelah kelulusan beliau, akhirnya sang pelukis tersebut membukan berbagai usaha di bidang seni. Seperti misalnya membukan art shop serta galeri lukisan yang berada di Jakarta. Organisatoris lain baca ini Mengenal PERSAGI, Sejarah dan Tujuan Organisasi Kemudian beberapa tahun, beliau pindah ke Bali, dan menetap di sana. Pun membuka usaha di bidang kesenian, terutama seni lukis. Ialah membuka studio lukis, yang ada di Kuta, Bali. Sebelum beliau wafat, sempat mendapatkan hadiah penghargaan atas karya-karyanya dari Pemerintah kala itu. Mengingat lukisan beliau yang sungguh unik, indah dan sangat mempunyai makna yang mendalam. Berikut beberapa ulasan mengenai corak lukisannya. Lukisan Pertama Agus Djaya Beberapa literatur sendiri belum ada yang pasti mengenai hal tersebut, entah dari lukisan pertama, sampai kepada aliran pertama dari lukisan Agus Djaya tersebut. Namun, beberapa karyanya sendiri sudah ada beberapa yang terkenal, bahkan tidak sedikit yang kemudian menjadi koleksi dari sang Presiden pertama Indonesia. Seperti misalnya Lukisan beliau yang berjudul Legong Winarata. Merepresentasikan seorang penari wanita, dengan pakaian yang sangat khas akan penari. Ada pernak pernik yang menghiasi, serta membuat penampakan lukisan nampak sempurna. Tetapi disamping hal tersebut, tidak sedikit yang percaya, bahwasannya lukisan demikian, mengandung hal-hal magis di dalamnya. Kemudian beberapa karya lain yang dikoleksi oleh Presiden Soekarno, adalah Shidarta Meninggalkan Kehidupan Duniawi. Yang tergambarkan adalah seorang perempuan yang tengah berbaring, kemudian ditemani oleh beberapa orang yang ada di sampingnya. Pembuatan lukisan tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama. Ialah pada tahun 1930 sampai dengan 1960-an beliau membuat lukisan tersebut. Kemudian gaya lain dari aliran dari lukisan Agus Djaya, Godaan Waktu Bertapa. Merepresentasikan bagaimana seseorang yang bertapa. Lalu mendapati berbagai godaan yang dapat membuat keimanannya goyah, dan berpaling kepada godaan tersebut. Hal itu beliau gambarkan dengan menggambar seorang pemuda. Yang dikelilingi oleh para wanita, sebagai subyek daripada sang penggoda. Mengingat wanita adalah makhluk Tuhan, dengan segala keindahan paras, kecantikan wajah. Yang mana hal tersebut bisa saja membuat para lelaki, jatuh hati kepada mereka. Adapun gaya lukisan lain yang mana, beliau menggambarkan kehidupan masyarakat pada zaman tersebut. Dengan judul lukisan ialah Pulang dari Sawah. Beliau menggambarkan seorang wanita tangguh. Yang kemudian membawa beberapa hal dari sawah seperti padi, di atas kepalanya. Terlihat sangat anggun, namun sangat kuat. Berjalan dengan membawa beberapa benda hasil dari sawah bajakan mereka. Pun tidak lupa dengan lukisan Ramayana. Kisah legendaris yang bahkan sampai sekarang masih terdengar akan bagaimana kisah perjuangan cinta dari Rama, kepada Shinta. Serta kisah legendaris lainya seperti Nyi Roro Kidul, pun beliau lukis dengan menggambarkan seorang wanita cantik, dengan balutan pakaian bawah, kemudian mahkota yang ia pakai. Tidak lupa juga dengan menambahkan beberapa aksesoris layaknya puteri kerajaan. Membuat vibes daripada Nyi Roro Kidul sangat terpancar pada lukisan tersebut, Tetapi, apa sebenarnya aliran asli daripada lukisan Agus Djaya tersebut? Aliran Lukisan Agus Djaya Jika dilihat dari beberapa penjelasan mengenai lukisan dari Beliau. Rata-rata menggambarkan bagaimana kehidupan sosial daripada warganegara Indonesia kala itu. Kemudian tidak lupa juga menyinggung tentang ketaatan agama seseorang. Salah satunya adalah dengan merepresentasikan seorang yang pertapa tersebut. Kemudian ada bebera aliran lainnya, ialah mengenai cerita yang melegenda dari Indonesia. Salah satunya yang sudah terbahas sebelumnya. Yakni Ramayana, serta Nyi Roro Kidul. Dua hal yang sampai sekarang melegenda, bahkan tidak sedikit dari beberapa orang yang percaya, bahwa Nyi Roro Kidul memang ada. Hal tersebut berawal dari kisah Nyi Roro Kidul, yang mana banyak orang mengatakan, tentang ia yang mempunyai kerajaan di bawah laut pantai selatan. Dari cerita legenda, mengatakan bahwa Nyi Roro Kidul sangat suka dengan warna hijau. Entah dari apapun itu, baik warna baju, tas, atau apapun yang berwarna hijau. Organisatoris lain baca ini Olahraga Golf Identik Orang Kaya, 4 Alasannya Jika ada seseorang yang memakai aksesoris warna hijau, malapetaka bisa datang kepada mereka yang memakai hal tersebut. Entah akan hilang dan ditemukan mayatnya dari dasar laut pantai selatan, atau lainnya. Dari kejadian tersebutlah, pada akhirnya menjadi kepercayaan dari beberapa orang, tentang hal tersebut. Walaupun sudah era benar-benar digital seperti sekarang. Rasanya, kepercayaan mengenai Nyi Roro Kidul tidak serta merta dapat hilang, atau bahkan musnah begitu saja. Kaitannya dengan PERSAGI Persatuan Ahli Gambar Indonesia Foto Seperti yang telah terbahas, bahwasannya Agus Djaya, merupakan salah satu pelopor daripada pembentukan organisasi resmi, untuk para seniman lukis di Indonesia. Ialah PERSAGI, atau singkatan dari Persatuan Ahli Seni Gambar Indonesia. Agak ambigu memang antara kata “gambar” dengan “lukis”. Namun, terlepas dari hal tersebut, PERSAGI sampai sekarang masih eksis serta melahirkan berbagai seni lukis ternama Indonesia. Agus Djaya sendiri, pada saat mengembangkan PERSAGI, lantas tidak sendirian. Beliau bekerjasama dengan beberapa rekan sejawatnya, seperti S. Sudjojono sebagai sekretaris. Kemudian beberapa pelukis ternama lain seperti Ramli, Otto Jaya, Abdulsalam, dan sebagainya. Menjadi anggota pertama yang bergabung dalam organisasi tersebut. Untuk tahun daripada pembentukan PERSAGI ini, ada beragam versi dari beberapa literatur. Tidak sedikit yang mengatakan bahwasannya, PERSAGI terbentuk sekitar tahun 1937-an. Namun, ada juga yang menuliskan bahwa organisasi lukis tersebut, lahir dan berdiri, tepat pada tahun 1938-an. Meski demikian, dari hal itu, kita dapat mengenal berbagai pelukis ternama. Dengan segudang prestasi yang mereka berikan kepada Indonesia. Seni lukis bukan hanya berbicara soal bagaimana kita dapat menggambar dengan baik. Dapat merepresentasikan apa yang ingin kita gambar. Atau tahu beberapa komponen apa yang perlu ada saat akan menggambar sesuatu. Tetapi lebih dari itu. Bahkan sebuah mahakarya perlu ada rasa. Agar nantinya dapat memukau siapa saja yang melihat, serta mereka dapat merasakan rasa apa yang tergambar dalam lukisan tersebut. Penutup Itulah beberapa pembahasan mengenai aliran lukisan dari Agus Djaya, yang merupakan salah satu pelopor dari PERSAGI, yakni organisasi resmi untuk para pelukis di Indonesia. Dari beberapa hal tersebut pula, memberikan gambaran bagaimana sepak terjang beliau lantas tidak semata-mata instant. Ada perjuangan di dalamnya. Beliau harus melakukan beberapa hal terlebih dahulu, yang kemudian membuahkan hasil, seperti beberapa lukisannya menjadi koleksi daripada Presiden Pertama Indonesia. Kemudian beberapa lukisannya ada yang dipamerkan di dalam negeri, namun tidak sedikit pula yang berada di luar negeri. Seperti ke Belanda, dan sebagainya. Ada secercah pembelajaran untuk kita, yang mana pada dasarnya semua hal yang kita perjuangkan, entah mengenai hal yang kita sukai atau tidak kemudian merubahnya menjadi kenyataan. Mengingat dalam dunia ini, sebenarnya bukan seolah hanya kebetulan, atau hoki semata. Mungkin menurut kita fenomena atau kejadian yang kita alami adalah sebuah kebetulan. Tetapi, tidak dengan Tuhan. Karena Dia-lah yang merencanakan dari awal sampai akhir, mengenai seseorang. Baik tentang hidup, karir, jodoh, kematian, sampai kepada kesialan hingga keberuntungan kita di dunia. Sekian ulasan kali ini, semoga menginspirasi. Daftar Pustaka
Biografi Agus Djaya – Hai SeniLovers, pada kesempatan kali ini, admin akan bercerita tentang salah satu biografi pelukis terkenal di Indonesia, yang karyanya sudah mendunia hingga kini, yakni Biografi singkat Agus Djaya. Artikel ini saya tulis karena terinspirasi dari salah satu Karya Lukisan Agus Djaya yang baru saja saya lihat di Facebook, kemudian saya langsung browsing mengenai beliau, akhirnya spontan tertarik untuk mengulas Biografi lengkap Agus Djaya disini. Biografi Agus Djaya secara Lengkap Pada penjelasan kali ini, saya akan menceritakan biografi pelukis ternama di Indonesia, mulai dari kelahiran, kehidupan sebelum dan sesudah kemerdekaan hingga masa akhir hayatnya. Kelahiran dan Pendidikan Agus Djaya Agus Djaya lahir pada 1 April 1913 di Pandeglang, Banten dengan nama asli Raden Agoes Djajasoeminta, lahir dari keluarga bangsawan asal banten. Dalam kakak-beradik, dia tidak sendiri, adiknya Otto Djaya juga meneruskan kepiawaiannya dalam dunia seni rupa. Di masa pendidikan, beberapa sekolah yang pernah ditempuhnya antara lain adalah Hollandsch-Inlandsche School 1926 Meer Uitgebreid Lager Onderwijs 1930 Sekolah Menangah Pertanian tidak tamat Hollandsche Indische Kweekschool 1934 Akademi Seni Rupa Amsterdam Belanda Versi berbeda ditampilkan oleh Wikipedia mengenai perjalanan pendidikan Agus Djaya, adalah seperti dibawah ini Meer Uitgebreid Lager Onderwijs 1923 Middelbare Landbouw School, Bogor 1923-1924 Lembang, Bandung 1927. Selama melalang buana di benua Eropa, Agus Djaya telah berkenalan dan bertemu banyak seniman kenamaan dunia, sebut saja seperti Pablo Picasso, Salvador Dali dan pematung asal Polandia bernama Ossip Zadkine. Dalam kurun waktu antara 1947 – 1949, Agus Djaya mengikuti kuliah di Rijks Academie Beeldende Kunsten di Amsterdam dan belajar jurnalistik di Fakultas Jurnalistik, Universiteit Amsterdam. Setelah mendapatkan segudang pengalaman dan pelajaran berharga dari luar negeri, Agus Djaya memutuskan kembali ke Indonesia. Disinilah karir dan karyanya mulai dikenal luas, serta menjadikannya sebagai salah satu Pelukis terbaik di Indonesia masa itu. Perjalanannya untuk mendapatkan pengakuan dan predikat tersebut tidaklah mudah, banyak rintangan maupun hadangan yang dialami dan dilalui. Informasi selengkapnya saya ulas pada poin di bawah ini. Perjalanan Karir Agus Djaya Setelah berada di Indonesia, tepatnya pada tahun 1937 hingga 1942, Agus Djaya mendirikan sebuah organisasi seni yang berbama PERSAGI Persatu Alhi Gambar Indonesia sekaligus sebagai ketua, yang digadang-gadang merupakan kelompok seniman yang pertama di Indonesia. Pada tahun 1942-1945, Agus Djaya dipercaya oleh Presiden Indonesia Ir. Soekarno sebagai ketua pusat menjadi Ketua Pusat Kebudayaan Bagian Senirupa. Di masa-masa revolusi kemerdekaan, ia aktif sebagai Kolonel Intel dan Persiapan Lapangan. Setelah kemerdekaan, Belanda belum mengakui kedaulatan NKRI yang baru saja terbentuk. Agus Djaya diutus ke Belanda selama lebih 4 tahun sebagai Cultural Diplomacy, untuk melakukan serangkaian pendekatan agar Belanda bisa secepatnya mengakui Kedaulatan Indonesia. Kehidupan Agus Djaya pasca Kedaulatan NKRI Ketika kedaulatan telah diakui, atau pada tahun 1950, Agus Djaya kembali ke tanah air dan membuka beberapa jenis usaha, salah satunya adalah mendirikan Art Shop dan Galeri di Jakarta. Pada tahun 1960-an, beberapa lukisan berhasil ia cetak di Jepang, dan sebagian besar menjadi koleksi buku lukisan milik Ir. Soekarno. Bulan April 1976, beliau mengadakan pameran tunggal di Taman Ismail Marzuki, Jakarta dengan memasang lebih dari 70 karya lukisan. Selain di dalam negeri, pameran yang pernah diadakan di luar negeri antara lain di Stedelijk Museum Amsterdam, Galerie Barbison Paris, Grand Prix des Beaux Art Monaco, Biennale Sao Paolo Brazil, International Art Gallery Sydney dan lainnya. Agus Djaya merupakan seorang seniman pelukis yang punya ciri khas unik dan berbeda dengan yang kain. Pada salah satu karyanya, diyakini terdapat pancaran magis dari warna biru dan merah, terlebih pada kebanyakan lukisan wanita menari, yang menggambarkan kedekatan manusia dengan alam. Baca juga Perkembangan Seni Rupa di Indonesia Selain melukis, beliau juga sangat dekat dan punya minat tinggi terhadap dunia wayang. Di dalamnya, apabila Agus mengerjakan objek wayang, terasa ada kekayaan yang tersimpan, dan beraliran khusus tersendiri. Sebuah lukisan yang berjudul “Kuda Kepang 1975”, dengan komposisi cat air, 50 x 68 cm serta memiliki warna meriah dan humor yang membersit, beliau amat terampil dalam menangkap segi-segi lucu kehidupan. Masa Tua dan Wafatnya Agus Djaya Setelah tahun 1955, sebenarnya Agus Djaya telah pindah dan menetap di Pulau Bali bersama istrinya, dia mendirikan studio seni di pantai Kuta. Tahun 1994, beliau menerima penghargaan atau Hadiah Seni dari Pemerintah RI, sebelum akhirnya wafat 1994 di Jakarta. Penghargaan yang diperoleh Agus Djaya Rentang tahun 1946 – 1993, sudah banyak piagan penghargaan atau sertifikat yang telah diraihnya sebagai seorang Pelukis Indonesia terbaik. Saya tidak akan menuliskan semuanya karena jumlahnya sangat banyak, ini hanya sebagian, antara lain adalah Soerat Angkatan bertandatangan Mr. Amir Sjarifoedin, engangkat Agoes Djaya sebagai kolonel 6-7-1946. Soerat Perintah bantuan untuk Kolonel Agoes Djaya untuk Persiapan Moesioem Kesenian Nasional, bertandatangan Presiden Soekarno 13-7-1946. perwakilan Surat Kabar Merdeka di Batavia, bertandatangan Dr. Fris 3-7-1947. Komite penilai lukisan oleh Pemerintah Amsterdam, bertandatangan Mr. Roos. Surat Tanda Kehormatan Presiden Republik Indonesia untuk R. Agoes Djaya sebagai Intelligence Service, dan dianugerahi Medali Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia 6-7-1954. Penghargaan Satyalantjana Peristiwa aksi militer kesatu dari Menteri Pertahanan Republik Indonesia untuk R. Agoes Djaya, bertandatangan Djuanda 17-8-1958. Penghargaan Satyalantjana Peristiwa Perang Kemerdekaan Kedua dari Menteri Pertahanan Republik Indonesia untuk R. Agoes Djaya, bertandatangan Djuanda 17-8-1958. Penghargaan Satyalantjana Gerakan Operasi Militer I dari Menteri Pertahanan Republik Indonesia untuk R. Agoes Djaya, bertandatangan Djuanda 29-1-1959 Piagam Hadiah Seni kepada Agus Djaya sebagai penghargaan pemerintah atas prestasinya yang luar biasa dalam bidang Seni Rupa Kontemporer, bertandatangan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro 12-6-1993. Lukisan Karya Agus Djaya Dari penjelasan lengkap mengenai Biografi Agus Djaya diatas, tentunya anda penasaran mengenai seperti apa sih karya-karya lukisan beliau? Nah, dibawah ini anda bisa melihat beberapa contoh karya lukisan Agus Djaya yang terkenal dan fenomenal Karya lukisan agus djaya Wiwaha, 1965 Dancers, 1953 Traditional Dance Performance, 1984 Kereta Kuda, 1980 Penari, 1971 Figur Wanita, 1971 Penutup Dengan adanya ulasan inspiratif ini, semoga kita sebagai generasi penerus bisa menghargai dan melestarikan karya-karya mereka, yang telah berjasa dalam mengembangkan dan menghidupkan Dunia seni di tanah air. Baca juga Biografi Abdullah Suriosubroto , Pelukis Mooi IndieBiografi Basuki Abdullah Penakluk 87 Pelukis Eropa Selain itu, hendaknya perjalanan hidup seperti ini bisa memberikan kita sepercik semangat dan motivasi, untuk bisa terjun ke dunia seni, setidaknya mengenal lebih dalam. Demikianlah, informasi kali ini mengenai Biografi Agus Djaya , kelahiran, perjalanan hidup, perjalanan karya, Penghargaan, hasil karya hingga wafatnya Agus Djaya. Semoga informasi kali ini bisa menambah wawasan dan ilmu pengetahuan anda. Referensi